2 samuel 23:3b-4 (Apabila seseorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan Allah, ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah)

Rabu, 23 Mei 2012

MENEROPONG KEMBALI GERAKAN MAHASISWA PASCA REFORMASI

 
Dalam sejarah kebangsaan kita gerakan mahasiswa selalu menentukan sebuah perubahan bagi bangsa, kemudian hadirlah harapan bahwa mahasiswa sebagai agen of change, pada masa awal kemerdekaan kalangan Mahasiswa Ir. Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan, tahun 66 mahasiswa meruntuhkan pemerintahan orde lama yang dipimpin Soekarno, dengan isu Negara otoritarian, yang berisi Tritura. Tahun  74 mahasiswa melakukan perlawanan dengan sebutan popular peristiwa Malari  (Malapetaka Lima Belas Januari) dengan mengusung isu normaliisasi kehidupan kampus dan otonomisasi Negara dari intervensi asing dan puncak sejarah pergerakan mahasiswa di tanah air terjadi pada 1998 dimana kekuatan mahasiswa menuntut turunnya Presiden Soeharto dan rezim orde baru yang korup.

Gerakan mahasiswa yang terjadi di tanah air  terjadi karena terinspirasi oleh gerakan mahasiswa yang dibentengi idealism dan kesolidan untuk melawan tirani di berbagai belahan dunia seperti Mahasiswa Kuba  (26 Juli 1957) melakukan penggulingan terhadap dictator Batista, mahasiswa di Spanyol berhasil menjatuihkan kekuasaan  dictator Prima Rivera dan Jenderal de Franco.
Tumpuan perubahan selalu ada di pundak mahasiswa karena mengenyam pendidikan tinggi dan mengerti persoalan melalui interaksi social yang terjadi di kehidupan kampus.   Mahasiswa dianggap sebagai kekuatan penekan bagi penguasa karena memeiliki kemampuan argumentasi berdasarkan teori bahkan kajian-kajian yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengontrol perilaku penguasa yang memeliki kecenderungan alamiah yakni menginginkan kekuasaan yang berkelanjutan membangun dinastinya, menjalankan kekuasaan dengan tirani dan korup.
Keadaan inilah yang selalu menjadi pengamatan mahasiswa, termasuk di Indonesia. Kemampuan yang dimiliki mahasiswa inilah  yang mampu meruntuhkan kekuasaan orde baru, namun pasca reformasi 1998, gerakan mahasiswa di evaluasi pergerakannya terkesan tidak punya gigi lagi, pergerakan mahasiswa dianggap gagal melakukan tekanan perubahan bagi penguasa, korupsi dan periaku menyimpang terus dilakukan oleh penguasa dan elite.
Kekuatan mahasiswa sepertinya lemah dan tidak dapat melakukan konsolidasi bersama, masing-masing melakukan gerakannya sendiri tanpa kesamaan persepsi. Ada beberapa hal  yang menyebabkan gerakan mahasiswa melamah antara lain :
  1. Pelemahan Gerakan mahasiswa secara Empiris:
-. Ada kekecewaan  dan patah semangat dan pasrah karena reformasi 1998 telah diperjuangkan tetapi perilaku orde baru tetap saja ada. Persoalan yang mendasar dari kegagalan reformasi adalah mahasiswa tidak menyiapkan sistem pemerintahan  yang baik beserta  pemimpin yang disiapkan untuk menjalankan pemerintahan , hal ini kemudian melemahkan semangat mahasiswa, dan dijadikan sebagai apriori jika melakukan perlawanan terhadap penguasa tetap saja hasilnya nihil.

-. Budaya Macro Cosmos yang menjguat bahwa Pemimpin adalah titisan Dewa sehingga tidak boleh di lawan atau di hujat karena akan berakibat buruk.
-. Korupsi yang dilakukan oleh para mantan aktivis pergerakan menjadi alasan mahasiswa tidak turut terlibat dalam pergerakan mahasiswa sehingga mahasiswa lebih memiliki kegiatan kemahasiswaan yang lebih pada kegiatan keagaamaan seperti Majelis Dzikir  seperti yang dilakukan Majelis Rasulullah, atau seperti Persekutuan Oikoumene Kampus. Pilihan mereka ini tentu beralasan bahwa lebih baik berdoa dari pada turun ke jalan melakukan aksi
b. Pelemahan Secara Struktural :
-. Pembangunan Mall  dan Pusat Perbelanjaan modern di berbagai tempat, café, dan minimarket yang menyebar di hampir sudut jalan. Kondisi membuat mahasiswa memilih untuk menghabiskan waktunya di tempat-tempat seperti karena di sediakannya berbagai fasilitas yang memadai di bandingkan dengan secretariat pergerakan mahasiswa, dan mahasiswa menjadi konsumtif.
-. Sistim kurikulum kampus yang dipadatkan dimana mahasiswa harus menyelesaikan studi dalam  jangka waktu 3 tahun, kondisi ini membuat mahasiswa lebih konsentrasi menyelesaikan studinya dari pada terlibat dalam pergerakan.
-. Forum rector yang terbentuk menjadi alat penguasa untuk mengendalikan mahasiswa, mungkin penguasa kita mengadopsi analogi Ular, dimana untuk mengendalikan ular maka kepalanya yang harus di pegang. (demo kenaikan BBM pada builan Maret yang lalu ada pelarangan Rektor terhadap mahasiswa kampusnya)
-. Otonomi Daerah, membuat mahasiswa di kampus membentuk organisasi kedaerahn yang hanya memikirkan persoalan dearahnya dari pada memikirkan persoalan secara nasional, karena perhitungan yang praktis yakni kepentingannya hanya pada daerahnya saja setelah kuliah dapat diterima sebagai PNS di daerahnya atau menjadi anggota legislative di kota atau kabupatennya.
Alasan-alasan yang telah diutrakan diatas menunjukan bahwa ada pelemahan dan juga kelemahan dalam pergerakan mahasiswa sehingga yang perlu dilakukan adalah pergerakan pemikiran  yang harus lebih maksimal dan lebih rasional dalam mempengaruhi mahasiswa oleh karena itu, bagaimana pergerakan mahasiswa membangun pemahaman mahsiswa dengan mampu menjelaskan kepada mahasiswa agar memahami bahwa perubahan juga dapat dilakukan melalui gerakan social. Dimana  gerakan social menurut pandangan Dahrendorf bahwa : konflik atau dominasi dalam hal ekonomi dan politik, konflik tidak bisa dihilangkan atau diselesaikan tetapi hanya bisa diatur.
Fungsi Konflik menurut Dahendrof adalah membantu membersihkan suasana yang sedang kacau, katub penyelamat (proses/ salah satu sikap serta ide), konflik dibutuhkan untuk meredakan ketegangan, konflik tidak selalu berakhir dengan permusuhan, konflik juga sebagai sebuah sarana stabilitas, konflik ada untuk memperkuat kohesi (hubungan kerjasama) antar kelompok.
Konflik selalu di lihat dalam dunia pergerakan oleh mahsiswa adalah bentrok dengan pihak aparat hal ini kemudian menjadi ketakutan bagi para mahsiswa untuk turun ke jalan atau bergabung dengan kelompok pergerakan, akana tetapi tugas pergerakan  adalah melakukan diskusi- diskusi tematik atau melakaukan kajian – kajian atas persoalan Negara tetapi juga perlu memberikan pemahaman terhadap mahasiswa mengenai dunia pergerakan serta manjemen aksi yang baik sehingga menguatkan sang mahasiswa untuk menjadi anak pergerakan yang siap berkonlik (melakukan aksi jalanan)

*Sekertaris Fungsional Bidang Aksi dan Pelayanan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia    Masa bhakti 2010-2012  (makalah ini disampaikan pada diskusi public yang dilaksanakan oleh Jaringan Insan Muda Indonesia (JIMI) di Galeri Café  Taman Ismail Marzuki Rabu 16 Mei 2012 Pukul 13  : 00 - selesai 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar